Kerjasama Bisnis TG:@LIUO9527
Posisi saat ini: Rumah / Pesan / Pengamat: Marselino, Asnawi, hingga Ricky Kambuaya Jadi Contoh Pemain Binaan Indonesia Bersaing dengan Gempuran Asing

Pengamat: Marselino, Asnawi, hingga Ricky Kambuaya Jadi Contoh Pemain Binaan Indonesia Bersaing dengan Gempuran Asing

Penulis:Wartawan Olahraga Tanggal:2025-07-11 19:30:03
Dilihat:16 Pujian
Gelandang Timnas Indonesia, Ricky Kambuaya, tampil gemilang ketika timnya menang 1-0 atas Timnas Bahrain pada laga kedelapan putaran ketiga Grup C kualifikasi Piala Dunia 2026 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Selasa (25/3/2025) malam WIB. (Bola.com/Abdul Aziz)

Jakarta Pengamat sekaligus mantan pemain sepak bola nasional, Aris Budi Sulistyo punya pandangan mengenai fenomena banjirnya pemain ekspatriat di Indonesia karena regulasi dari operator kompetisi.

Regulasi penggunaan pemain asing baru untuk Liga 1 atau yang berganti nama menjadi BRI Super League 2025/2026 ini, setiap kontestan bisa mendaftarkan hingga maksimal 11 pemain impor. 

Menurutnya, semakin banyaknya pesepak bola luar negeri yang datang, justru membawa daya saing dan membuat produk lokal bisa banyak belajar.

Eks penggawa Mataram Indocement, Arseto Solo, Arema Malang, dan Persik Kediri ini menilai bahwa sudah banyak pemain-pemain lokal Indonesia yang menunjukkan kegigihan bersaing di tengah gempuran pemain asing.

Tidak cukup hanya bertahan di kompetisi domestik, tidak sedikit pesepak bola Indonesia berani menerima tawaran bermain di luar negeri untuk mengembangkan bakat dan karier profesionalnya.

Dari masa ke masa, Indonesia pernah mengekspor pemain ke luar negeri. Mulai dari Ricky Yakobi ke Liga Jepang, Bambang Pamungkas di Malaysia, hingga di era sekarang seperti Marselino Ferdinan (Inggris), Asnawi Mangkualam dan Pratama Arhan (Thailand).

"Ini jadi motivasi, introspeksi diri bagi pemain-pemain kita untuk mau terus belajar dan bisa lebih baik. Tidak ada salahnya meniru Marselino, Asnawi, Pratama Arhan, atau pemain-pemain lokal kita dulu yang berani menerima tawaran klub luar negeri," ujar Aris Budi Sulistyo, Jumat (11/7/2025).

"Ricky Kambuaya saja juga bisa bersaing dengan pemain-pemain keturunan di Timnas Indonesia," lanjutnya.


Pro dan Kontra

Pemain Persebaya Surabaya, Francisco Rivera (no. 7), merayakan golnya ke gawang Western Australia, pada laga uji coba di Perth. (Bola.com/Dok. Persebaya Surabaya)

Asosiasi Pesepakbola Profesional Indonesia (APPI) menyatakan keberatan terhadap regulasi terbaru yang dikeluarkan oleh PT Liga Indonesia Baru (LIB) mengenai kuota sebelas pemain asing dalam setiap peserta Super League 2025/2026.

APPI menilai kebijakan tersebut akan berdampak langsung terhadap jam terbang dan masa depan para pesepak bola lokal.

APPI sebenarnya memahami maksud dari penambahan kuota pemain asing dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas Super League. APPI juga mendukung tercapainya tujuan tersebut, terutama jika para pemain asing tersebut dapat berbagi ilmu dan pengalaman kepada para pemain lokal.

Namun, APPI melihat bahwa regulasi ini akan mengurangi kesempatan bermain bagi para talenta lokal. APPI khawatir bahwa dengan minimnya menit bermain, para pemain lokal bakal kesulitan berkembang dan berkompetisi di level yang lebih tinggi.

"Kami sangat menyayangkan bahwa regulasi yang akan secara langsung berimbas terhadap kehidupan para pemain diambil tanpa adanya komunikasi dan diskusi terlebih dahulu dengan para pemain," tulis APPI dalam situsnya pada Selasa (8/7/2025).


Berdampak kepada Ratusan Pesepak bola

APPI mengungkapkan bahwa dari survei yang dilakukan kepada para pemain Super League, mayoritas menyatakan keberatan atas regulasi baru tersebut. Kebanyakan pemain cemas menit bermain akan tergerus karena saat ini hanya ada satu kompetisi di Tanah Air.

Berdasarkan perhitungan APPI, jika setiap klub Super League memaksimalkan kuota sebelas pemain asing, maka akan ada 198 pemain lokal yang kehilangan pekerjaan atau terpaksa turun kasta ke Championship.

Kondisi tersebut juga akan memicu efek domino karena 198 pemain Championship pun terancam kehilangan tempat dan kemungkinan terpaksa bermain di Liga Nusantara yang bersifat amatir.

"Sebagai asosiasi yang menaungi pemain lokal dan juga asing, APPI tidak mempermasalahkan berapapun kuota pemain asing yang ada. Yang perlu diperhatikan adalah bagaimana dengan jam terbang talenta lokal di Indonesia," ujar Presiden APPI, Andritany Ardhiyasa.

 


Belajar Banyak

 

Pria yang berposisi bek kiri sewaktu masih aktif bermain ini menambahkan, setiap pesepak bola lokal Indonesia harus tertanam mentalitas dan sikap untuk mau bersaing. Ia tak menampik jika banyak pemain lokal Indonesia yang resah dengan semakin membanjirnya amunisi asing.

Namun di sisi lain, ada hikmah positif yang dapat diambil adalah belajar dari pesepak bola luar negeri yang punya kemampuan lebih baik.

"Waktu saya masih jadi pemain, sudah ada pemain asing walau tidak sebanyak sekarang. Dulu ada Deca dos Santos, Dejan Gluscevic, ya memang mereka mengangkat tim, punya teknik skill bagus, tapi kita sebagai pemain juga mau belajar dari mereka," jelasnya.

"Di kompetisi Inggris saja yang sepak bolanya maju juga malah full pemain asing. Sekali lagi saya mendukung kebijakan menambah pemain asing ini," pungkasnya.

Komentar

Kirim komentar
Galat kode pemeriksaan, silakan masukkan kembali
avatar

{{ nickname }}

{{ comment.created_at }}

{{ comment.content }}

IP: {{ comment.ip_addr }}
{{ comment.likes }}