Kerjasama Bisnis TG:@LIUO9527
Posisi saat ini: Rumah / Pesan / Potensi Sepak Bola Kelompok Umur Jadi Penggerak Industri Olahraga: Membuat Perputaran Ekonomi Menggeliat

Potensi Sepak Bola Kelompok Umur Jadi Penggerak Industri Olahraga: Membuat Perputaran Ekonomi Menggeliat

Penulis:Wartawan Olahraga Tanggal:2025-08-04 13:30:02
Dilihat:5 Pujian
Ilustrasi pertandingan sepak bola usia muda di Indonesia. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Jakarta - Sepak bola menjadi satu dari segelintir olahraga yang paling digemari di Indonesia. Dengan banyak tunamen kelompok umur yang digelar belakangan ini, ternyata potensi pergerakan ekonomi dari industri olahraga menjadi cukup besar.

Kompetisi sepak bola usia muda tak lagi sekadar ajang pencarian bakat. Semangat sportivitas dan pembinaan atlet masa depan itu membuat geliat turnamen kelompok usia kini menjelma menjadi mesin penggerak industri olahraga nasional.

Ratusan turnamen sepak bola kelompok usia, mulai dari U-9, U-11, U-13, hingga U-17, digelar rutin di berbagai daerah.

Penyelenggaranya pun beragam, mulai dari sekolah sepak bola (SSB), akademi, operator swasta, hingga dukungan aktif PSSI dan pemerintah melalui program pembinaan usia dini.

Menariknya, jika melihat sepak bola usia muda, dengan persaingan yang sengit di atas lapangan hijau, kompetisi ini juga menciptakan efek ekonomi yang berantai.

Perputaran uang terjadi dalam berbagai bentuk: sewa lapangan, akomodasi, transportasi tim, konsumsi, penjualan merchandise, hingga belanja perlengkapan tim dan kontribusi UMKM lokal.

Melihat potensi ekonominya, Deputi Bidang Industri Olahraga Kemenpora, R Isnanta, mengakui biaya yang dikeluarkan para operator kompetisi usia muda itu tidak kecil. Namun, melihat event itu bisa berjalan, Isnanta menilai potensi keuntungan juga ada.

"Berbicara soal industri, pasti bicara faktor ekonomi. Menggelar jika tidak menguntungkan, tentu tidak akan dilanjutkan. Namun, ini bisa berlanjut, berarti ada potensi keuntungan ekonomi di situ," katanya.

 

Banyak Pihak yang Menggelar Turnamen Sepak Bola Usia Muda

Ilustrasi sepak bola usia muda di Indonesia.

Operator sepak bola usia dini seperti Liga Topskor, Indonesia Grassroot Championship, dan lebih 15 operator yang berhimpun dalam Asosiasi Pembina Sepak Bola Usia Muda Seluruh Indonesia (APSUMSI).

Selain itu ada juga FORSGI, BLiSPI, GEAS Indonesia, Komunitas Jujur, FOSSBI, Fosbolindo, GoBolaBali, ASBI, Liga Sentra, SBAI, Dream Come True (DCT), dan lainnya yang selama ini rutin menggelar turnamen sepak bola usia dini.

Masing-masing operator itu setiap tahun menggelar kompetisi berjenjang mulai dari daerah hingga Nasional dengan rata-rata pelibatan lebih dari 2000 atlet. Jumlah itu belum termasuk tim pendukung maupun keikutsertaan orang tua.

Operator tersebut, hidup bukan hanya dari biaya pendaftaran, tetapi ada juga yang sudah langgeng dengan sponsor utama maupun pendamping di masing-masing liga atau kompetisi. Artinya, lanjut Isnanta, industri sepak bola kelompok umur ini berjalan di Indonesia.

"Jika dihitung kasar, dibuat satu tim mengeluarkan Rp25 juta per kompetisi, dan ada sekitar 5 ribu tim kelompok umur yang ikut, maka ada Rp125 miliar berputar karena kompetisi kelompok umur tersebut. Saya yakin, jumlah itu bisa lebih besar, karena ada ratusan kompetisi kelompok umur yang digelar di Indonesia," bebernya.


Menggerakan Roda Ekonomi di Berbagai Sektor

Ilustrasi kemeriahan dukungan orang tua dalam sebuah turnamen sepak bola usia muda di Indonesia. (Bola.com/Benediktus Gerendo Pradigdo)

Jalu, dari Liga Anak Indonesia, mengungkapkan pendapatan registrasi sebuah turnamen sepak bola usia muda dari regional sampai nasional bisa memutar uang Rp2 miliar, belum lewat kehadiran tenant UMKM, tiket penonton, dan pemasukan lain.

"Hitungan itu belum termasuk hotel, trasportasi, dan juga konsumsi peserta, tidak salah jika dilihat bahwa potensi industri olahraga di sepak bola kelompok umur ini sangat besar," tuturnya.

Kemudian dari Piala Soeratin Jawa Timur 2025. Sekretaris Jenderal PSSI Jatim, Djoko Tetuko, mengungkapkan selain ajang pencarian talenta muda, turnamen ini juga terbukti menggairahkan ekonomi daerah.

Djoko menyebut biaya operasional PSSI Jatim untuk tiga kategori usia mencapai Rp3,5 miliar, itu termasuk pengadaan lapangan, wasit, keamanan, dan akomodasi.

Jika ditambah dengan pengeluaran klub dan konsumsi penonton, nilai total perputaran uang diperkirakan bisa mencapai Rp10 miliar.

Contoh lain Indonesia Grassroot Championship Cup 2025 yang digelar di Solo, berhasil mendatangkan sekitar 2.500 orang, terdiri dari pemain, pelatih, orang tua, dan ofisial. Perputaran uang dari ajang ini diperkirakan mencapai Rp15 miliar hanya dalam dua hari pelaksanaan.

Fenomena ini membuktikan kompetisi usia muda adalah sektor strategis dalam industri olahraga. Selain meningkatkan angka partisipasi olahraga masyarakat, event ini juga mampu menggerakkan ekonomi lintas sektor, mulai dari olahraga, pariwisata, hingga UMKM.

Komentar

Kirim komentar
Galat kode pemeriksaan, silakan masukkan kembali
avatar

{{ nickname }}

{{ comment.created_at }}

{{ comment.content }}

IP: {{ comment.ip_addr }}
{{ comment.likes }}