Posisi saat ini: Rumah / Pesan / Pengamat Sebut Pemecatan Patrick Kluivert Bukan Hal yang Mengejutkan, di Tim Sebelumnya Kariernya Sebagai Pelatih Juga Tak Lama

Pengamat Sebut Pemecatan Patrick Kluivert Bukan Hal yang Mengejutkan, di Tim Sebelumnya Kariernya Sebagai Pelatih Juga Tak Lama

Penulis:Wartawan Olahraga Tanggal:2025-10-18 22:30:02
Dilihat:5 Pujian
Pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, saat melawan Timnas Lebanon dalam laga FIFA Matchday 2025 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Senin (8/9/2025). (Bola.com/Abdul Aziz)

Jakarta - Pemutusan kerja sama denbgan Patrick Kluivert masih jadi topik yang hangat dibicarakan. Kontrak pelatih berusia 49 tahun itu dihentikan PSSI buntut dari kekalahan Timnas Indonesia melawan Arab Saudi dan Irak dalam dua laga Grup B putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Akbat kekalahan itu, langkah Timnas Indonesia menuju Piala Dunia 2026 terhenti.

Patrick Kluivert bekerja lebih kurang 10 bulan. Bersama Timnas Indonesia, mantan tukang gedor Barcelona itu melakoni delapan laga dengan torehan tiga kemenangan, sekali seri, dan empat kali kalah.

Pengamat sepak bola nasional, Ronny Pangemanan, pemecatan Patrick Kluiver bukan sesuatu yang mengejutkan. Di klub sebelumnya, Patrick Kluivert juga diterpa nasib serupa.

"Bukan sebuah hal yang mengejutkan. Saya pikir wajar kalau federasi mengambil keputusan itu karena kan semua ada di federasi yang menilai. Kalau delapan pertandingan, saya pikir dia juga di Adana Demirspor terakhir sebelum ke Indonesia di Liga Turki, itu cuma enam bulan," kata Ronny Pangemanan via kanal YouTube Nusantara TV.

"Di Curacao juga sama. Jadi, dia memang cepat untuk diberhentikan. Tentunya ada alasan kuat, bukan juga karena desakan dari Indonesianya begitu kuat ketika gagal di dua pertandingan putaran keempat lawan Arab Saudi dan Irak. Kinerja dia memang agak sulit, kalau kita bisa melihat bagaimana kita mengesampingkan dua pertandingan FIFA matchday," imbuhnya.


Alasan Kuat

Kiper Timnas Indonesia, Maarten Paes, berusaha menghalau bola tendangan Pemain Arab Saudi, Saleem Al Dawsari, pada laga Grup B putaran keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia di King Abdullah Sports City Stadium, Jeddah, pada Kamis (9/10/2025) dini hari WIB. (AP Photo)

Menurut Ropan, begitu ia biasa disapa, PSSI tentunya punya alasan kuat di balik pemecetan Patrick Kluivert, meski kontraknya berdurasi hingga 2027.

"Kalau di putaran ketiga dan keempat kan kita kebobolan sampai 15 gol, kecuali ada tiga gol yang dibuat Ole Romeny melawan Australia, lawan Bahrain, lawan China, dan ada dua gol dari Kevin Diks. Jadi, kemasukan 15, kita memasukkan lima gol," ujar Ropan.

"Jadi, dari situ mungkin dikatakan bahwa, kita punya lini belakang bagus, mewah semua. Tapi, buktinya kalah 1-5 dari Australia dan kalah 0-6 melawan Jepang. Itu kan sudah banyak. Kemarin kalah 2-3 dari Arab saudi dan 0-1 lawan Irak. Jadi, itu bagi yang mungkin bisa melihat, saya kira pendekatan yang agak kurang," katanya lagi.


Terbilang Plin Plan

Zaid Tahseen dari Timnas IRaq, kanan, ditantang oleh Mauro Zijlstra dari Timnas Indonesia dalam pertandingan babak keempat Grup B kualifikasi Piala Dunia 2026 antara Irak dan Indonesia di Stadion Alinma Bank, King Abdullah Sports City, Jeddah, Arab Saudi, Minggu (12-10-2025) dini hari WIB. (Foto AP/Ali Issa)

Selain itu, masih menurut Ropan, Patrick Kluivert tak punya pakem terkait formasi dan susunan pemain di starting XI. Padahal, dalam dua laga di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Timnas Indonesia sukses meraup enam poin.

"Termasuk taktik yang ia lakukan. Itu mungkin yang jadi dasar kelihatan sulit, walaupun sebenarnya dia tahu apa yang harus dilakukan ketika mengambil masalah di Sydney. Dia balik dengan arahan Alex Pastoor bermain dengan yang lama, punya yang 3-4-3 itu. Yang akhirnya kan dia tahu dapat enam poin."

"Itu yang meloloskan Indonesia, ketika dia mengembalikan pola bermain dengan Justin Hubner, Jay Idzes, dan Rizky Ridho di belakang. Thom Haye dan Joey Pelupessy di tengah. Tapi, kenapa pertanyaannya, dia tidak lakukan ketika melawan Arab Saudi. Itu yang jadi tanda tanya besar," lanjutnya.

"Dengan perubahan-perubahan ini, ya dia mesti tahu sebenarnya dengan enam poin yang ia dapatkan di GBK. Kalau dia mempertahankan itu, minus Marselino ketika melawan Arab Saudi, saya pikir kondisinya akan berbeda. Itu kemudian yang menjadi kekecewaan masyarakat. Jadi, bisa dikatakan kayak plin plan gitu loh. Tidak konsisten," cetus Ropan.

"Dia mengubah (pola bermain) lagi saat melawan Irak, dan hasilnya jauh lebih bagus. Komposisinya Ridho main lagi, Thom Haye sudah tampil lagi. Agak lebih enak bermain, walaupun akhirnya kita kalah juga 0-1. Mungkin itu yang dilihat oleh federasi, yang memang harus mempercepat (pemecatannya). Kalau agak lama akan berbahaya," kata Ropan mengakhiri pembicaraan.

Komentar

Kirim komentar
Galat kode pemeriksaan, silakan masukkan kembali
avatar

{{ nickname }}

{{ comment.created_at }}

{{ comment.content }}

IP: {{ comment.ip_addr }}
{{ comment.likes }}