
Jakarta - Bek naturalisasi Timnas Putri Indonesia, Noa Leatomu, ternyata sempat menjajal olahraga futsal sebelum namanya terkenal sebagai pesepak bola putri. Dia juga mengakui soal melimpahnya bakat para pemain futsal muda di Indonesia.
Noa Leatomu bercerita soal perjalanannya memulai karier sepak bola saat berusia sembilan tahun. Dia pun sempat berkarier di Jerman bersama klub bernama Alemannia Aachen pada medio 2017-2019.
Di periode inilah, pemain keturunan Maluku itu mulai mengenal futsal. Sebab, ketika musim dingin tiba, lapangan sepak bola tertutup salju. Para pemain pun beralih ke futsal karena bisa dimainkan dalam ruangan.
“Saya sudah mulai bermain sepak bola sejak berusia sembilan tahun di Belanda. Setelah itu, saya sempat melanjutkan karier sepak bola di Jerman sebentar,” kata Noa Leatomu seperti dikutip dari kanal YouTube Sport77.
“Dan kemudian, saat kompetisi musim dingin, karena kami tidak bisa bermain sepak bola di lapangan, kami bermain futsal. Di Belanda, ada banyak orang Indonesia. Tetapi, orang Indonesia yang sangat pandai bermain bola adalah orang yang berasal dari Maluku.”
Ada Banyak Talenta
Dari pengalamannya bersinggungan dengan dunia futsal di Indonesia beberapa waktu lalu, pemain berusia 21 tahun ini pun cukup terkesima dengan banyaknya talenta muda yang dimiliki oleh futsal Indonesia.
Menurut dia, tak hanya pemain muda laki-laki saja yang punya potensi, tetapi juga perempuan. Hanya saja, menurut Leatomu, olahraga futsal di usia dini masih kekurangan sorotan. Berbeda seperti sepak bola yang sudah jauh lebih populer.
“Saat saya menghadiri babak awal sebuah turnamen di Jakarta, saya melihat seperti ada banyak bakat. Saya sangat terkesan dengan betapa bagusnya sebenarnya anak laki-laki dan perempuan muda ini,” kata dia.
“Dan saya pikir, tidak terlalu banyak eksposur yang didapatkan di sana. Saya benar-benar berpikir bahwa itu layak mendapatkan lebih banyak eksposur. Jadi, itulah sebabnya, saya mengunggahnya,” imbuhnya.
Banyak Bakat yang Terpendam
Pesepak bola yang resmi menjadi warga negara Indonesia setelah mengambil sumpah pada medio November 2024 di Denmark itu mengakui, Indonesia sebetulnya tak jauh berbeda dengan Belanda jika bicara soal talenta.
Sebab, dari pengalamannya berkarier di Belanda selama bertahun-tahun, kedua negara ini sama-sama punya bakat yang melimpah. Hanya saja, Indonesia masih belum memaksimalkan banyak potensi yang masih tersembunyi.
“Saya pikir di kedua negara ada banyak bakat. Tetapi, di Indonesia, seperti belum ketahuan atau ditemukan saja untuk saat ini. Baik orang Indonesia maupun Belanda sama-sama punya banyak bakat,” kata dia.
Futsal Butuh Dukungan

Noa mengatakan, dunia futsal di Indonesia butuh lebih banyak dukungan dari banyak pihak, termasuk dari dunia media untuk memberikan panggung agar bisa membantu komunitas futsal semakin berkembang.
“Mungkin cerita para pemain futsal bisa lebih menarik bagi semua orang untuk bergabung dengan futsal. Namun, jika ada seorang pemain futsal yang bisa jadi panutan dan berbagi cerita soal olahraga ini, saya pikir itu juga bentuk inisiatif yang baik.”
“Butuh lebih banyak turnamen di berbagai kota, dari sana saya pikir ini bisa membawa masa depan cerah sekaligus sorotan bagi komunitas futsal untuk tumbuh,” ujar pemain VfR Warbeyen Frauen tersebut.